Rabu, 20 Agustus 2014

Maroko Ku Datang

Refleksi Setahun di Maroko
 Oleh Alvian Iqbal Zahasfan*

Maroko kudatang, demikian tertulis di buku diaryku tertanggal 20/6/2010. Di sana tergores rencana persiapan-persiapanku menghadapi ujian beasiswa S2 di PBNU. Setahun sebelumnya ketika saya kursus bahasa Inggris di Pare-Kediri (Mahesa dan BEC) bertekad bahwa setelah selesai kursus saya akan kembali ke Jakarta untuk mengadu nasib. Kuobok-obok info beasiswa di internet. Kutanya sana-sini perihal beasiswa. Kudapatkan dua informasi beasiswa, pertama beasiswa dalam negeri yang diselenggarakan oleh Kemenag. Kedua, beasiswa luar negeri yang diadakan oleh PBNU.

Kuikuti kedua beasiswa tersebut. Alhamdulilah saya ditakdirkan ke Maroko. Sesuatu yang tak terprediksikan sebelumnya. Dulu saya bercita-cita ke Al-Azhar Kairo. Tapi masuknya malah di Al-Azhar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dulu direktori oleh Bapak Abdus Somad Kamba, sekarang menjadi (Fakultas Dirasat Islamiyah) karena satu dan lain hal (seperti faktor politis).

Kupersiapkan seluruh persyaratan yang diminta penyelenggara beasiswa PBNU yang bekerjasama dengan Kementerian Wakaf Dan Urusan Keislaman Maroko. Materi ujian diantaranya, hafalan Quran. Kuhafalkan 3 juz. Kubaca sejarah NU dan ajaran-ajarannya. Kubaca keindonesiaan dan keislaman, karena materi ujiannya meliputi; hafalan quran, keindonesiaan, keislaman dan ke-NU-an. Kalau tesnya di PP Muhammadiyah mungkin saya harus baca ke-Muhammadiyah-an bukan ke-NU-an (tergantung penyelenggara). Setelah kupersiapkan secara ilmiah, kuimbangi dengan persiapan ilahiah. Kuberdoa dengan memelas ke Yang Maha Kuasa. Solat Dhuha dan Tahajud tidak ketinggalan kulakoni. Bismillah tanggal 25 Juni 2010 pas bertepatan dengan tanggal HUT-ku digelar ujian beasiswa di gedung PBNU di bilangan Kramat Raya Jakpus.

Alangkah semangat dalam dada membuncah antara harap dan cemas menghadapi ujian, tapi batinku mengatakan, “Inilah saatnya kumelejit, mengadu nasib. Aku harus bisa, kan kujawab pertanyan para penguji dengan sesempurna mungkin. Selebihnya terserah Allah.”

Kutunggu pengumuman hasil tes beriringan solat malam dan doa yang tak putus-putus. Akhirnya nongol juga tuh pengumuman, Senin 5 Juli 2010 11:08 (demikian tertera di laman NU Online, file:///E:/maroko/MAROKO%20LULUS_files/page.htm). Alhamdulillah, namaku tertera di sana. Sujud syukurku langsung menukik.

Nah, kini waktunya mempersiapkan finansial. Karena tiket pesawat ke Maroko ditanggung peserta. Ah, enggan aku meminta ke ortu. Ortu sudah banyak terbebani olehku. Adikku ada tiga. Tabunganku tidak cukup. Ya… akhirnya kuputer akal. kubuat proposal. Kala itu bertepatan dengan bulan Ramadan 1431 H/2010 M. Atas nama Ibnus Sabilbismillah—kubikin proposal dengan tema “Proposal Tiket Pesawat” tidak tanggung-tanggung kubuat sekitar 30 proposal:
1. Al-Azhar Peduli Umat,
2. Amanah Takaful,
3. Baitul Maal Pupuk Kaltim,
4. Baitul Maal Muamalat,
5. BAMUIS Bank BNI,
6. Baitul Maal Pupuk Kujang,
7. Baitul Maal BUKOPIN,
8. Baituzzakah PERTAMINA,
9. BAZIS DKI Jakarta,
10. Baznas,
11. Bank Indonesia,
12. BPZIS Bank Mandiri,
13. BSM Umat,
14. Dompet Dhuafa,
15. DPUDT-Pusat,
16. SDM IPTEK,
17. LAZ DDI,
18. LAZ IPHI,
19. LAZIS Garuda,
20. LAZIS Muhammadiyah,
21. LAZIS NU,
22. LAZNAS BMT,
23. PKPU,
24. PORTAL INFAQ,
25. PT. Asuransi Astra Buana Syariah,
26. PT. Djarum Indonesia,
27. PT. Surya Madistrindo,
28. Rumah Zakat Indonesia,
29. YBM BRI,
30. PT. UFO BKB Syariah.

Berbekal pengalaman berorganisasi di beberapa lembaga dalam dan luar kampus akhirnya proposal siap disebar. Dari ketigapuluh proposal yang dibuat, yang terkirim hanya 18 saja. Mungkin kami (saya dan teman-temanku, Taufiq dan Habibullah Siregar) sudah kelelahan mencari alamat dan mengantarkan langsung ke tempat yang dituju. Belum lagi mencari lokasi alamat perusahaan di Jakarta gampang-gampang susah. Sebagian besar proposal, kami antar langsung. Dan sisanya dengan terpaksa kami kirim via pos. Entah berapa ongkos yang telah kami keluarkan demi proposal berjudul “Tiket Pesawat” ini. Mungkin—seingat saya—sekitar 500 ribuan.

Proposal disebar ke lembaga-lembaga zakat yang saat itu tengah naik daun, juga ditujukan ke perusahaan-perusahaan, diantaranya PT. UFO BKB Syariah Jakarta. Alhamdulillah usaha menyebarkan proposal diterik mentari di siang bolong bulan puasa tidak sia-sia. Bahkan hampir saja saya dan seorang yang menemaniku kecelakaan (jatuh dari motor karena bersenggolan dengan pengendara lain) saat hendak mengantarkan proposal ke seorang Big Bos (PT. UFO BKB Syariah Jakarta) kenalan saya, sampai celanaku robek dan kaki kiri luka.

Melalui tulisan ini kuucapkan banyak terima kasih dan doa semoga pihak-pihak yang telah membantu saya dibalas oleh Allah dengan balasan yang jauh lebih banyak dan barokah. Diantara instansi yang membantu saya adalah;
1. BAZNAS, (Dini dan Dewi/ mereka yang meng-interview-ku apakah saya layak menerima bantuan atau tidak)
2. Baitul Maal BUKOPIN (Bapak Nur Cholis/orang dalam),
3. Amanah Takaful (Bpk. Jaelani/bukan orang dalam, dia sekedar mengatakan kepadaku; “Minggu depan datang kesini ya Pak Alvian”. Kujawab “InsyaAllah Pak, terima kasih”. Lalu kututup telepon),
4. PT. UFO BKB Syariah (Pak Fico dan Pak Imron/Big Bos dan tangan kanannya yang tahun lalu kukenal).

Jadi dari 30 proposal yang dibuat yang terkirim hanya 18. Dan yang membantu hanya 4 saja. Alhamdulillah walau Cuma 4 yang penting cukuplah untuk beli tiket pesawat guna menimba ilmu di negeri terbenamnya mentari, negeri eksotik seribu benteng, negeri para sufi dengan zawiyahnya. Kini hampir genap setahun saya berada di Maroko. Pertama kali kaki menjejakkan di bumi Maghrib/Morocco/Maroc tanggal 27 September, setelah sebelumnnya take off dari Bandara SUTA tgl 26 September dengan dua kali transit, di Doha sekitar 5 jam dan di Libya 30 menit (sebelum revolusi tentunya).

Lewat tulisan ini saya ingin mengekspresikan KEDAHSYATAN ILMU kepada segenap para pembaca. Ceritanya, Sang Big Bos PT. UFO BKB Syariah yang saya kenal waktu wisuda di Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah menghampiriku seraya memperkenalkan diri dan memujiku karena saya meraih ranking tiga di pesantren tersebut dan terkesan dengan pesan dan kesan yang kutulis di album wisudawan, seraya berkata, “Kapan-kapan main ke kantorku ya! InsyaAllah, Pak, Jawabku”. Selang setahun berlalu, masa berganti dan kebutuhan mendesak, setelah memutar otak—untuk mencari uang yang cepat guna membeli tiket pesawat—akhirnya kuteringat kenalanku itu yang ternyata seorang Big Bos yang setahun lalu tidak kusangka kalau dia seorang Big Bos karena kerendahan hati dan kesederhanaannya.

Singkat cerita saya bertemu dengan beliau untuk kedua kalinya di kantornya yang megah di bilangan Ancol. Sejurus kemudian kami terlibat obrolan ringan seputar proposal saya; “Kamu mau belajar ke Maroko” Ujar Pak Fico. “Iya Pak”. “Kamu butuh duit berapa?”. “Ya… kalau tiketnya sih kata penyelenggara beasiswa (PBNU) sebesar 8,5 juta Pak”. “O.. ya sudah, besok hari senin kamu datang kesini lagi, ngisi acara Doa Pagi (Semacam ceramah/motivasi) ya? Ya sekitar 15 menit aja. Jam berapa Pak? jam 08.00, tapi usahakan jam 07.30 kamu sudah di sini. Ok?” Baik Pak, InsyaAllah”.

Seiring mentari pagi ibukota di hari senin yang terkenal super sibuk itu kukenakan baju, celana dan sepatu baru guna mengisi Doa Pagi di sebuah perusahaan (suatu momen yang istimewa). Tepat jam 07.30 saya sampai di kantor Pak Fico berkat Bus-Way yang mengantarku dengan lancar.

Kaki sudah di atas podium. Di depanku sekitar 100 orang siap mendengarkan “Doa Pagi”ku. Assalamuaikum wa rahmatullahi wabarokatuh!…. lalu mengalirlah huruf per huruf, kata perkata hingga menjalin menjadi untaian kalimat yang menggugah dan mencerahkan mereka. “Semoga bermanfaat”, ujar batinku. Selepas acara tersebut Pak Fico menyalamiku sembari mengucapkan, “Dahsyat… Terima kasih Alvian”. Saya diajak ke ruang pribadinya, “Kamu mau cash atau check?” Pak Fico menanyaiku. “Kalau check kukasi sekarang kamu cairkan sendiri, kalau cash tunggu sebentar, biar dicairkan dulu sama karyawan”. Setelah berpikir, kujawab “Cash aja Pak”. Baik tunggu di sini ya, saya kasih 10 jt. 1,5nya bonus… mau teh apa kopi Vian? “Terima kasih Pak, teh aja”.

Subhanallah betapa dahsyatnya ilmu itu. Hanya menyampaikan ilmu sekitar 15 menit dibayar 10 jt. Subhanallah tak henti-hentinya saya terkagum dan syukur kepada Yang Maha Mengetahui. Betapa ilmu itu memang luar biasa, DAHSYAT. Bagaimana dengan orang-orang yang berilmu yang jauh di atas saya. Boleh jadi uang itu datang sendiri tanpa harus “ngoyo” dikejar. Mari kita mencari ilmu Lillahi Ta’ala, masalah rezeki bakal ngikut. Wallahu A’lam wa akhiru da’wana ‘anil hamdulillahi rabbil ‘alamin
Hay Soussi Deux, Rabat-Maroko, 2-3 Syawal 1432 H/1-2 September 2011

* Alvian Iqbal Zahasfan SSI, Lc, MA
Jember, 25 Juni 1983

Alumni Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah 2008
Alumni Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah Jakarta 2009
Alumni S2 Dar el Hadith el Hassania Rabat-Maroko 2010-2013
Mahasiswa S3 Dar el Hadith el Hassania Rabat-Maroko 2013- saat ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar