Sabtu, 23 Januari 2016

International Conference; The Role and contribution Iranian Scholars to Islamic Civilization




Peradaban Islam berkembang melalui para Ilmuan dan cendikiawan yang melahirkan karya-karya serta pemikiran-pemikiran cemerlang yang merubah sistem serta tatanan kehidupan yang signifikan. Perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi melahirkan perkembangan disiplin ilmu yang terus bercabang dan membentuk ilmu baru yang dapat dikaji lebih mendalam sehingga akan terus menghasilkan perkembangan ilmu pengetahuan.

Peradaban tertua di dunia di mulai dari dua peradaban besar yaitu, peradaban Romawi dan peradaban Persia. Seiring perjalanan waktu dua peradaban terpecah belah dengan kekuasaan-kekuasaan baru terbentuk dan mulai bergeser terlepas dari sistem kerajaan masing-masing peradaban. Kebudayaan dan peradaban islam memiliki keterkaitan dengan identitas peradaban Persia yaitu Iran, lahir para ilmuawan yang tak terhingga membawa reputasi tinggi terhadap peradaban islam di muka bumi. 

Ayatollah Murtaza Motahhari dan Dr. Ali Akbar Velayati berkontribusi dalam menerjemahkan ensiklopesia Islam dan Iran: kemajuan kebudayaan dan peradaban. Karya fenomenal historis tentang para cendikiawan, ulama, dan ilmuwan muslim yang berkontribusi besar terhadap pengaruh  peradaban dan kebudayaan islam. Tapi peradaban keilmuan, khususnya dalam bidang kedokteran yang dicapai oleh bangsa-bangsa itu akhirnya bergeser. Zaman pertengahan, peradaban ada ditangan Islam, dimana Ilmu pengetahuan mendapat perhatian penuh. Tidak terkecuali ilmu kedokteran, ketika penerjemahan dilakukan secara besar-besaran. Dari kegiatan itu, dapat dikatakan kejayaan Islam dalam keilmuan dimulai. Inilah zaman menuju keemasan Islam, yang dalam dunia politik kekhalifahan dipegang oleh bani Abbasiyyah.

Menelusuri kembali kelahiran dan perkembangan ilmu, tidak mungkin kita lewatkan para tokoh yang sangat berperan dalam meletakan karya dan ilmunya. Al-Razi dan Ibnu Sina adalah tokoh penting yang karya-karyanya paling berpegaruh  di dunia. Dengan karya-karya yang dihasilkan dalam bidang kedokteran, pengabdian dan kejeniusan al-Razi diakui oleh Barat. Banyak ilmuan Barat menyebutnya sebagai pionir terbesar dunia Islam dibidang kedokteran. “Razhes merupakan tabib terbesar dunia Islam, dan satu yang terbesar sepanjang sejarah”, jelas Max Mayerhof. Sementara sejarawan barat terkenal, George Sarnton, mengomentari al-Razi , “AL-Razi dari Persia, dia juga kimiawan dan fisikawan. Dia bisa dinyatakan salah seorang salah seorang perintis latrokimia zaman renaisans,,,maju dibidang teori, dia memadukan pengetahuannya yang luas melalui kebijaksanaan Hippokratis.

Dalam karyanya, Al-Mansuri” (Liber Al-Mansofis) Ia menyoroti tiga aspek penting dalam kedokteran, antara lain; kesehatan publik, pengobatan preventif, dan perawatan penyakit khusus. Bukunya yang lain berjudul 'Al-Murshid'. Dalam buku itu, Al-Razi mengupas tentang pengobatan berbagai penyakit. Buku lainnya adalah 'Al-Hawi'. Buku yang terdiri dari 22 volume itu menjadi salah satu rujukan sekolah kedokteran di Paris. Dia juga menulis tentang pengobatan cacar dan cacar air dalam Kitab fil al-Jadari wal-Hasba yang merupakan catatan pertama tentang metode diagnosis dan perawatan atas dua penyakit dan gejal-gejalanya.

Dunia Islam memanggilnya Ibnu Sina, tapi kalangan Barat menyebutnya dengan panggilan Avicenna. Ia merupakan seorang ilmuan, filsuf dan dokter pada abad ke-10. Selain itu dia juga dikenal dengan penulis yang produktif. Dan sebagian banyak tulisannya berisi tentang filsafat dan pengobatan.Karya-karya Ibnu Sina dalam literatur perkembangan ilmu kedokteran adalah Qanun fi Attib, dan Assyifa yang menjadi rujukan utama kedokteran dunia hingga saat ini.

Penyebaran islam di Indonesia tak lepas dari pengaruh datangnya bangsa Arab, India, Persia dan lain-lain, pemikiran, karya sastra Melayu juga memuat hikayat-hikayat yang bersumber dari teks-teks literatur Arab, Persia, dan India.

Dalam koleksi Epirnius ditemukan naskah-naskah Melayu abad ke 16 M yang ditulis di Aceh Darussalam. Naskah-naskah tersebut memuat hikayat-hikayat yang bersumber dari teks Parsi seperti Hikayat Yusuf, Hikayat Muhammad Ali Hanafiah, Kitab Nasih al Mulk dan bunga rampai terjemahan puisi Arab dan Parsi karya Abu Tammam, Omar Khayyam, Attar, Sa’di al Syirazi, Jalaluddin Rumi, dan lain-lain.

Ilmuwan Iran dalam bidang matematika dan astronomi diantaranya Nasir al Din al Tusi, khayyam Neyshaburi, Ibnu Haitam Alvazi, Abdolrahman Sufi Razi, Abolvafa Buzjani, Ibnu Sina dan lain-lain telah melahirkan karya-karya fenomenal yang menjadi rujukan dunia pengetahuan sampai saat ini.

Era kejayaan Islam, kegiatan pengkajian ilmu pengetahuan semakin maju pesat. Ilmuwan dan cendikiawan Islam sangat berjasa dengan kontribusinya pada dunia dalam kebudayaan dan peradaban islam. Hal ini dapat dilihat melalui penemuan-penemuan mereka dalam menganilisis dan menemukan penemuan serta mengembangkan cabang-cabang disiplin ilmu pengetahuan. Rumah Hikmah adalah salah satu pusat pengembangan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahan Al Ma’mun Dinasti Abbasiyah, selain itu banyak didirikan masjid-masjid, madrasah-madrasah sebagai tempat pengkajian ilmu, dan masih ada pula bangunan-bangunan lembaga yang berdiri kokoh hingga sekarang.  

Pendirian Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mempelajari bidang keagamaan, mulai gencar pada abad ke-14 pada era Usmaniah hingga Sultan Muhammad berkuasa. Madrasah tersebut banyak mencetak yang tidak hanya ulama’, tapi seorang ilmuwan. Dokter-dokter pun banyak terlahir dalam pendidikan ini. Pendidikan era Usmani ini, mempunyai konsep dan metode khusus  dalam mendidik tenaga medis, selain sudah memiliki tabib, yang dikenal spesialis penyakit pada era itu.

Ternyata dalam era Usmani, pendidikan kedokteran tidak hanya dilakukan di gedung sekolahan, tapi juga di sebuah Rumah Sakit yang memang ada khusus tempat didik calon dokter. Bedanya dengan madrasah, di RS tidak hanya diajari teori-teori seputar kedokteran, tapi juga praktek medis langsung. Sedangkan Madrasah lebih banyak mempelajari seluk beluk kedokteran secara teoritis.


Tulisan ini saya susun setelah mengikuti International Conference

The Role and contribution Iranian Scholars to Islamic Civilization
 di Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar